KRITIK TERBUKA UNTUK PT KAI

Hari Senin (5/11/12), saya dan beberapa kawan mengalami kejadian yang cukup mengecewakan. Seperti waktu-waktu yang telah lalu, kami berangkat kerja dari Jogja menuju Solo dengan KA Prameks, begitu pula sebaliknya. Rutinitas tersebut sudah bertahun-tahun dilakukan. Namun alangkah terkejutnya, ketika kami sampai di Stasiun Balapan Solo, dan akan membeli tiket KA Prameks, dinyatakan bahwa tiket KA Prameks sudah habis. Pertanyaannya adalah, sejak kapan tiket KA Prameks dibatasi? Perlu diketahui, bahwa sejak hari itu pula PT KAI Daop VI Yogyakarta mengoperasikan KA Sriwedari yang mengisi sebagian besar jam operasi KA Prameks dengan harga tiket dua kali lipat. Sehingga, sangat mudah terbaca, bahwa pembatasan tiket KA Prameks merupakan modus Daop VI untuk “memaksa” para pelanggan untuk menggunakan KA Sriwedari. Jika hal itu berhasil, maka tentu keuntungan perusahaan akan meningkat dua kali lipat juga.

Dalih dari Daop VI yang mengatakan bahwa pembatasan tiket KA Prameks merupakan upaya untuk mengurangi beban kerja kereta agar tidak cepat rusak patut mendapatkan tanda tanya besar! Sejak beroperasi tahun 1994, tiket KA Prameks tidak pernah dibatasi bahkan hingga para penumpang bedesak-desakan di dalam kereta. Hal itu lah yang membuat KA Prameks dapat menampung 6.000 penumpang setiap harinya dan Daop VI mampu meraup keuntungan hingga 21 milyar per tahun (Eko dalam KR, 31/10/12). Pembatasan tiket KA Prameks bukan hanya mengecewakan para pelanggan, namun juga merupakan sebuah bentuk pengkhianatan terhadap para pelanggan. Siapa yang dapat memberikan keuntungan besar bagi Daop VI melalui KA Prameks kalau bukan para penglaju Kutoarjo-Jogja-Klaten-Solo yang bertahun-tahun secara rutin membeli tiket KA Prameks. Dan sekarang, justru konsumen besar itu yang dikhianati oleh Daop VI Yogyakarta, dengan seolah-olah “memaksa” para penumpang untuk membeli harga tiket yang jauh lebih mahal.

Belajar dari perusahaan penerbangan kelas dunia, mereka selalu berusaha mengistimewakan para pelanggan tetapnya dengan fasilitas khusus, misalnya dengan previllage club. Sebab kepuasan pelanggan memang telah diakui sebagai kunci sukses sebuah perusahaan. Alih-alih memberikan fasilitas khusus bagi para pelanggan tetapnya, PT KAI Daop VI Yogykarta justru mengecewakan, bahkan dapat dikatakan mengkhianati “kerjasama” saling menguntungan antara KA Prameks dan para pelanggannya yang selama ini sudah berjalan dengan baik. Jika hal tersebut dibiarkan terus-terusan terjadi, bersiap-siap saja PT KAI menjadi perusahaan gagal.

#Daripada hanya menggerutu di belakang, bersuara lah di media. Supaya menjadi kritik yang membangun 🙂

Dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat 18 November 2012 dengan judul Pengkhianatan Terhadap Konsumen